4.
RSS
4.1.
Definisi
RSS
adalah sebuah file berformat XML untuk sindikasi yang telah digunakan
(diantaranya dan kebanyakan) situs web berita dan weblog. Singkatan ini
biasanya mengarah ke beberapa maksud/arti :
Rich Site Summary (RSS 0.91)
RDF Site Summary (RSS 0.9 and 1.0)
Really Simple Syndication (RSS 2.0)
4.2. Sejarah
Berikut adalah sekilas
sejarah RSS secara kronologis:
o 1997 – Dave Winer
mengembangkan scriptingNews , format yang menandai kelahiran RSS.
o 1999 – Netscape
mengembangkan RSS 0.90 (yang mendukung scriptingNews). Format ditulis dalam XML
sederhana dengan ditambahkan RDF Header.
o 1999 – Dave Winer
yang bekerja di UserLand mengembangkan scriptingNews 2.0b1 (Versi ini
menyertakan fitur-fitur RSS 0.90 milik Netscape).
o 1999 – Netscape
mengembangkan RSS 0.91. Dalam versi ini RDF header dihilangkan, tetapi di
dalamnya terdapat fitur-fitur utama dari scriptingNews 2.0b1.
o 1999 – UserLand
menghapus scriptingNews dan hanya menggunakan RSS 0.91.
o Netscape menghentikan
pengembangan RSS dalam perusahaannya.
o 2000 – UserLand
mengeluarkan spesifikasi resmi dari RSS 0.91.
o 2000 – Suatu tim yang
dipimpin oleh Rael Dornfest yang bekerja untuk O’Reilly mengembangkan RSS 1.0.
Format ini menggunakan RDF dan namespace. Versi ini cukup membingungkan bila
dilihat sebagai pengembangan dari versi 0.91, sebab versi ini memiliki format
yang sama sekali berbeda bila dibandingkan dengan RSS 0.91.
o 2000 – Dave Winer
yang bekerja di UserLand mengembangkan RSS 0.92.
o 2002 – Dave Winer
mengembangkan RSS 2.0 setelah keluar dari Userland.
o 2003 – Spesifikasi
resmi RSS 2.0 dikeluarkan.
4.3. RSS Feed dan RSS Reader
Teknologi
yang dibangun dengan RSS mengijinkan kita untuk berlangganan kepada situs web
yang menyediakan umpan web atau feed RSS-RSS feed, biasanya situs web yang
isinya selalu diganti secara reguler dan atau update content secara kontinue-
website dynamic ( dalam macam-macam situs web) . Untuk memanfaatkan teknologi
ini kita membutuhkan layanan pengumpul ( RSS reader atau Agregator ). Pengumpul
bisa dibayangkan sebagai kotak surat pribadi. Kita kemudian dapat mendaftar ke
situs yang ingin kita tahu perubahannya. Namun, berbeda dengan langganan koran
atau majalah, untuk berlangganan RSS tidak diperlukan biaya, gratis. Tapi, kita
biasanya hanya mendapatkan satu baris atau sebuah pengantar dari isi situs
berikut alamat terkait untuk membaca isi lengkap artikelnya.
4.4.
Manfaat
Manfaat
yang diperoleh dengan adanya RSS adalah pembaca sangat dimudahkan dalam
mengetahui update terbaru suatu website tanpa perlu mengunjungi alamat website
tersebut, karena pembaca hanya butuh untuk berlangganan pengumpan (feed) dari
website tersebut.
5.
IPTV
5.1.
Definisi :
IPTV
adalah suatu layanan multimedia yang terdiri atas programtelevisi, video
(gambar bergerak), audio (suara), tulisan (text),graphics (gambar diam) dan
data yang disalurkan ke pelangganmelalui suatu jaringan tertutup yang berbasis
IP.
IPTV
bukan sekedar siaran TV yang disalurkan melalui internet dandapat diakses oleh
siapa saja, tanpa adanya jaminan-jaminan daripenyelenggara.
Penyelenggara
IPTV menjamin pelanggan atas kualitas (QoS/QoE),keamanan (security), kemampuan
berinteraktif dan keandalan darilayanan yang disalurkan oleh penyelenggara IPTV
sampai layanantersebut diterima oleh pelanggan-pelanggan.
Dalam
layanan IPTV, semua aktivitas layanan baik video ataupun “interaktif melalui
platform IP”disalurkan ke pelanggan dengansuatu “jaringan tetap broadband”
(fixed broadband network) xDSLatau FTTH yang dapat dinikmati oleh pelanggan
melalui suatupesawat TV standar dengan IP-STB.
5.2.
Sejarah IPTV
ABC World news adalah Operator Televisi pertama pada
tahun 1994 yang memancarkan (broadcast) siaran televisi menggunakan jaringan
internet. Software yang dipergunakan adalah “Video Conference CU-SeeMe”.
Sebagai
kelanjutannya pada 1998, Operator Radio via Internet, AudiNet memulai webcast
secara langsung menggunakan IP.Dan pendirian precept software oleh Judith
Estrin dan Bill Carrico.
5.3.
IPTV vs Internet
#
IPTV
·
Closed system, kualitas layanan
terjamin(managed QoS).
·
Video konten dikirim hanya kepada
pelanggan (known subscriber) Pengiriman melalui IP packets sampai dengan
pelanggan (end customer).
·
Dikirim melalui infrastruktur jaringan
milik service provider.
·
Sesuai dengan jangkauan jaringan yang
dimilikinya.
·
Umumnya menggunakan IP-STB digitaluntuk
mengakses dan pengkodean layanan konten.Menggunakan PC, software yang digunakan
tergantung format konten.
·
Biaya
·
Video konten dibuat oleh perusahaan
profesional, jumlahnya terbatas.
# Internet TV
·
Open system, kontrol kualitas layanan tidak
dijamin (BestEffort QoS).
·
Video konten dikirim kepada siapapun
Pengiriman melalui IP packets sampai internet cloud sendiri.
·
Dikirim dan diterima melalui public internet
yang melibatkanbanyak pihak.
·
Tidak ada batasan wilayah, dimanapun ada akses
internet.
·
Umumnya menggunakan PC, software yang
digunakan tergantung format konten.
·
Gratis
·
Video konten bisa dibuat siapapun, jumlah
kontennya tidak terbatas.
5.4.
Cara Kerja IPTV :
·
Cara Kerja IPTV Decoder yang sudah
tertancap di pesawat televisi dihubungkan dengan jalur Internet DSL di
rumah-rumah. Alat ini bertanggung jawab menyatukan kembali paket-paket berbasis
IP yang diterima dari penyedia siaran IPTV ke dalam bentuk video stream yang
koheren, dan men-decode-nya menjadi gambar dan suara.
·
Tugas tersebut sebenarnya bisa
digantikan oleh komputer. Namun, sangat jarang orang meletakkan komputer yang
selalu menyala di samping pesawat televisi, bukan? Oleh karena itu, sebuah
kotak decoder yang kecil dinilai masih lebih efisien ketimbang memaksa komputer
melakukan tugas tersebut.
·
Sebagian besar video dalam sistem IPTV
di-encode dalam format MPEG-2, kendati format H.264 dan Windows Media juga
memungkinkan. Video stream ini dipecah menjadi paket-paket berbasis IP, dan
dimasukkan ke dalam jaringan milik penyedia siaran IPTV (yang juga perusahaan
telekomunkasi) tempat dimana data-data lain (voice dan data) berjejalan.
·
Lantas, bagaimana memperlakukan data
video stream tersebut agar tidak tersendat sampai ke pesawat televisi pemirsa?
Penyedia siaran IPTV menerapkan Quality of Service (QoS) yang memprioritaskan
data video stream untuk mencegah terjadinya delay, atau terputusnya sinyal
siaran IPTV.
5.5.
Arsitektur IPTV
Komponen
utama dari IPTV adalah adanya STB (set top box)yang dapat mengonversi IP video
ke dalam sinyal satndar sutau televisi. STB adalah gateway yang ke IP video
switching system. Pada gambar terlihat bahwa Switched Video Service (SVS)
sistem memungkinkan pengguna untuk terhubung ke banyak variasi dari sumber
media televisi termasuk broadcast network channels, subscription services, dan
movies on demand. Ketika pengguna memutuskan untuk mengakses sumber media ini,
perintah (biasanya dengan menggunakan remote control) diirimkan ke SVS dan SVS
akan mengatur mana sumber media yang sesuai dengan keinginan pengguna. Diagram
di bawah ini menunjukan pengguna hanya membutuhkan saru video channel ke SVS untuk
mengakses secara virtual banyak sumber media dan video.
5.6.
Fitur IPTV
Time-shift
Fitur IPTV yang memungkinkan pengguna
untuk menghentikan sementara (pause) dan melanjutkan (resume) tayangan TV yang
sedang berlangsung.
VOD
(Video on Demand)
Fitur IPTV yang memungkinkan pengguna
memilih video yang diinginkan pada channel yang disediakan.
TVOD
(TV on Demand)
Fitur IPTV untuk menampilkan rekaman TV
pilihan. Dalam penggunaannya TVOD mirip dengan VOD, namun content yang
dimainkan adalah program-program TV pilihan yang dianggap menarik.
Music
on Demand
Fitur IPTV yang menyediakan musik dari
berbagai genre dan kategori. Kategori dapat disusun berdasar genre, artist, dan
konfigurasi lain yang dapat diatur user. MOD juga akan menampilkan TOP 20,
serta memberikan fasilitas pencarian musik.
Karaoke
on Demand
Fitur IPTV yang memungkinkan user
memasang file video musik yang dispesifikasikan untuk digunakan untuk
berkaraoke. Seperti juga feature VOD dan MOD, konten-konten KOD akan disimpan
dalam katalog menurut kategori-kategori, dan dapat dicari dengan fasilitas
pencarian. User juga dapat menyimpan KOD favoritnya.
5.7.
Kendala IPTV
Dari
sisi bisnis, IPTV memiliki prospek yang cukup menjanjikan mengingat jumlah
pengguna broadband makin meningkat. Jumlah pelanggan IPTV sampai akhir 2007
tercatat sudah mencapai 13,4 juta di seluruh dunia. Pada 2010, menurut lembaga
riset Amerika Gartner, diperkirakan lebih dari 48 juta rumah tangga di seluruh
dunia akan ikut menggunakan IPTV. IPTV mendistribusikan layanan televisi sama
seperti halnya teresterial, satelit atau televisi kabel alternatif. Bedanya,
pada IPTV, konten dapat disesuaikan dan interaktif dengan kemampuan
high-definition TV.
Internet
protocol television atau IPTV saat ini sudah banyak diaplikasikan di luar
negeri. Namun, untuk dipasarkan di Indonesia masih terganjal proses regulasi
dan kesiapan infrastruktur.
Sampai
saat ini pemerintah Indonesia belum secara jelas menetapkan regulasi IPTV.
Sebab, IPTV bisa masuk ke dalam tiga kategori, yakni :
1) Dari sisi kemampuan, IPTV masuk dalam
kategori industri telekomunikasi,
2) Dari konten masuk dalam kategori
penyiaran,
3) Dari sisi teknologi masuk dalam
kategori internet.
Regulasi
IPTV masih belum jelas, pemerintah belum memutuskan akan memasukkan industri
ini ke kategori yang mana. Ketidakjelasan regulasi inilah, yang menyebabkan
operator-operator telekomunikasi masih enggan menerapkan IPTV di Indonesia
karena untuk mengembangkannya diperlukan biaya infrastruktur yang besar pula.
Dengan adanya regulasi yang jelas, para pelaku atau operator penyelenggara
mempunyai pijakan yang tepat dalam berbisnis.
Selain
regulasi, kesiapan infrastruktur juga menjadi salah satu kendala penerapan IPTV
di Indonesia. Pasalnya, IPTV memanfaatkan jaingan broadband via internet
protocol (IP) dan membutuhkan bandwidth yang besar dengan kualitas gambar mulus
dan tidak patah-patah. Infrastruktur yang direkomendasikan oleh Ericsson untuk
menggelar IPTV bahwasannya setiap pelanggan harus mendapat akses internet
(memerlukan wire atau sambungan) internet dengan kecepatan minimal sebesar 12
Mbps per channel.
Pengguna
IPTV sendiri harus ditunjang oleh sebuah alat yang dinamakan set top box (STB)
yang fungsinya sebagai interface antara pelanggan dan sistem. User bisa
menggunakan remote untuk mengontrol sistem yang ada di STB yang menyerupai
dekoder. Pada set top box-nya sendiri terdapat satu Java Virtual Machine,
recorder, internet browser, chatting, serta harddisk.
Kalaupun
ada yang menyebutkan bahwa IPTV telah ada pada beberapa hotel di Jakarta maupun
di Bandara Soekarno-Hatta, layanan IPTV yang didefinisikan oleh perusahaan
Ericsson sama sekali berbeda. Mereka menamakan apa yang telah ada di bandara
Soekartno Hatta maupun di beberapa hotel di Jakarta dengan multimedia booth.
Hal itulah yang sebenarnya terpasang di Bandara Soekarno-Hatta. Karena IPTV yang
ada di Bandara Soekarno-Hatta semata-mata hanya mengirimkan gambar melalui IP
(Internet Protocol) dan tidak seperti definisi IPTV Ericsson.
IPTV
juga berbeda dengan web TV. Untuk IPTV membutuhkan bandwidth yang besar dengan
kualitas gambar mulus dan tidak patah-patah. Sedangkan web TV hanya membutuhkan
bandwidth kecil sekitar 128 Kbps dan kualitas gambar lebih rendah.
IPTV
minimal dilengkapi dengan STB yang dilengkapi internet protocol multimedia
system (IMS) yang mengombinasikan antara mobile internet dan konten broadcast.
Untuk infrastruktur yang direkomendasikan oleh Ericsson, setiap pelanggan harus
mendapat akses internet dengan kecepatan minimal 12 Mbps.
Di
luar negeri tarif pengguna IPTV tidak jauh berbeda dengan TV kabel, karena
nantinya IPTV juga diharapkan akan bersaing dengan TV kabel. IPTV tidak hanya
dapat mengatur kanal yang boleh dilihat atau tidak namun juga dapat memberikan
alert (peringatan) kepada pengguna mengenai jadwal televisi melalui ponsel.
Pengguna juga dapat mengatur perekaman acara yang diinginkan lebih bebas. Untuk
pembayarannya bisa berupa billing, pascabayar atau bisa juga prepaid atau
prabayar.
Di
dunia sampai saat ini sudah ada sekitar 4 juta pemakai IPTV di Amerika, Eropa,
dan sebagian Asia. Untuk saat ini, sebenarnya belum ada standardisasi set top
box karena sampai sekarang STB masih disesuaikan dengan sistem yang ada di
negara yang menyelenggarakan IPTV.
Karena
itu diselenggarakan IPTV forum di mana Ericsson selaku pemrakarsanya. Ke depan
semoga ada standardisasi STB sehingga menjadi kompatibel dengan semua sistem.
Pembautan STB juga memungkinkan dengan menjalin kerja sama dengan vendor lokal.
5.8.
Komponen IPTV
Internet-Protocol
Television (IPTV) adalah penyediaan layanan streaming tv secara langsung via
jaringan IP berbandwitdh lebar. Layanan ini bersifat multicast, dari satu
sumber untuk banyak pengakses secara bersamaan. Video on Demand (VoD) adalah
penyediaan layanan video yang diminta secara khusus oleh pengakses. Secara umum
ini adalah layanan video streaming unicast, yang dideliver ke satu pelanggan.
IPTV
dan VoD keduanya masuk kategori layanan berkualitas siaran TV. Artinya
pelanggan akan menikmati layanan sekualitas TV satelit dan kabel yang sekarang
umum kita nikmati. Standar siaran TV ini saat ini hanya bisa dilayani oleh
provider berbasis satelit dan kabel dalam group tertutup. Internet IPTV dan
internet VoD yang merupakan implementasi awal dari kedua layanan diatas,
kualitasnya belum layak disandingkan dengan kualitas siaran TV.
5.9.
Layanan IPTV :
Layanan
IPTV secara umum meliputi broadcast televisi dan video di atas akses internet
dan interaksi multimedia dengan kecepatan true broadband seperti game, shopping,
dan advertising. Selain itu juga ada layanan content on demand yang termasuk TV
on demmand, video on demmand, music on demmand, dan karaoke on demmand.
Layanan
bisa disaksikan dengan perangkat televisi, komputer, notebook, dan smartphone.
Untuk tayangan live serta video on demmand, IPTV mendukung standard definition
(SDTV) serta High Definition (HDTV). Video on demmand sendiri bisa dikontrol
seperti layaknya menonton DVD.
Ke :
Konsep Teknologi Konvergensi , Jejaring Sosial, Podcasting, RSS, IPTV Sebagai Layanan Aplikasi New Media 1
Konsep Teknologi Konvergensi , Jejaring Sosial, Podcasting, RSS, IPTV Sebagai Layanan Aplikasi New Media 2
Konsep Teknologi Konvergensi , Jejaring Sosial, Podcasting, RSS, IPTV Sebagai Layanan Aplikasi New Media 1
Konsep Teknologi Konvergensi , Jejaring Sosial, Podcasting, RSS, IPTV Sebagai Layanan Aplikasi New Media 2
Refrensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar